Biografi Cut Nyak Dien – Indonesia mempunyai pahlawan wanita yang dari Aceh. Pahlawan itu namanya Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien ialah seorang figur wanita luar biasa Indonesia yang tidak mengenal berserah dalam berusaha menantang penjajah. Cut Nyak Dien lantas dipanggil sebagai “Ratu Aceh” karena kemauannya yang kuat dalam menantang penjajahan Belanda di Aceh, Indonesia. Sepanjang masa hidupnya, Cut Nyak Dien terus lakukan pertarungan dan perlawanan dengan tujuan meraih harapan bangsa, yakni bebas dari kekuasaan penjajah.

Di artikel berikut, Grameds akan ketahui tentang kelahiran Cut Nyak Dien dan pernikahannya dengan Teuku Ibrahim, Cut Nyak Dien dan meledaknya Perang Aceh, Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien dan taktik Teuku Umar menaklukkan Belanda, Cut Nyak Dien berusaha sampai pengisolasian, akhir hayat Cut Nyak Dien, Pusara Cut Nyak Dien, beberapa fakta menarik tentang Cut Nyak Dien, sampai referensi buku tentang Cut Nyak Dien

Kelahiran Cut Nya Dien dan Pernikahannya dengan Teuku Ibrahim

Biografi Cut Nyak Dien termasuk turunan dari bangsawan Aceh. Beliau lahir tahun 1848 di daerah Lam Padang Peukan Bada, daerah VI Mukim, Aceh Besar. Saat kecil, Cut Nyak Dien dikenali sebagai gadis yang elok. Kecantikan itu makin lengkap dengan pintarya Cut Nyak Dien pada bidang pendidikan agama.

Di tahun 1863, waktu itu Cut Nyak Dien berumur 12 tahun, dia dijodohkan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari Teuku Po Sangat, Uleebalang Lam Nga XIII. Suaminya ialah pemuda yang wacananya luas dan patuh agama. Cut Nyak Dien dan Teuku Umar menikah dan memiliki buah kesayangan seorang lelaki.

Kisah sejarah Aceh mencatat jika Teuku Ibrahim berusaha menantang penjajahan Belanda. Teuku Ibrahim kerap kali tinggalkan Cut Nyak Dien dan anaknya karena lakukan pekerjaan mulia yakni berusaha menantang penjajahan Belanda. Beberapa bulan sesudah tinggalkan Lam Padang, Teuku Ibrahim tiba lagi untuk mengatakan perintah pindah dan cari pelindungan pada tempat yang aman. Atas ajakan dari suaminya itu, Cut Nyak Dien bersama warga yang lain selanjutnya tinggalkan daerah Lam Padang pada 29 Desember 1875.

Berita duka menerpa Cut Nyak Dien, pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim meninggal dunia. Kematian suaminya itu membuat Cut Nyak Dien tersuruk. Tetapi, peristiwa itu tidak membuat patah semangat, malah kebalikannya menjadi argumen kuat Cut Nyak Dien meneruskan perjuangan figur suaminya yang telah meninggal dunia.

Cut Nyak Dien dan Meledaknya Perang Aceh

Biografi Cut Nyak Dien – Pada 26 Maret 1873, Belanda mengawali perang dengan Aceh. Belanda lewat armada kapal Citadel van Antwerpen, mulai melepas shooting meriam ke dataran Aceh. Seterusnya, di tanggal 8 April 1873, Belanda di bawah kepemimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler sukses landing di Pantai Ceureumen dan secara langsung kuasai dan membakar Mushola Raya Baiturrahman, Aceh.

Apa yang sudah dilakukan oleh Belanda itu selanjutnya memacu berlangsungnya perang Aceh yang dipegang oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Sah menantang sekitaran 3.198 prajurit Belanda. Tapi, Kesultanan Aceh dapat memenangi perang pertama menantang Belanda itu secara ketembaknya Köhler sampai meninggal.

Di tahun 1874-1880, di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim sukses ditempati oleh Belanda begitupun dengan Keraton Sultan yang pada akhirnya harus mengaku kemampuan luar biasa dari penjajahan Belanda.

Dengan peristiwa itu, memaksakan Cut Nyak Dien dan bayinya pindah bersama warga dan kelompok lain pada 24 Desember 1875. Tetapi, Teuku Ibrahim masih tetap berkemauan untuk mengambil lagi daerah VI Mukim. Sayang, saat Teuku Ibrahim berperang di Gle Tarum, dianya meninggal pada 29 Juni 1878. Hal tersebut pada akhirnya membuat Cut Nyak Dien benar-benar geram dan bersumpah untuk merusak Belanda.

Cut Nya Dien Bersama Teuku Umar

Biografi Cut Nyak Dien – Setelah kematian Teuku Ibrahim, Cut Nyak Dien menikah kembali dengan Teuku Umar, seorang figur pejuang Aceh. Tidak cuma diikatkan tali pernikahan saja, tapi ke-2 nya berpadu untuk menantang penjajah. Pernikahan di antara Cut Nyak Dien dengan Teuku Umar termasuk adalah cerita yang memikat.

Cut Nyak Dien berargumen ingin berusaha bersama lelaki yang mengizinkannya turun ke medan perang untuk menantang penjajahan Belanda, tidak cuma ingin memperoleh figur kepala rumah tangga saja. Awalannya Cut Nyak Dien menampik, karena Teuku Umar membolehkan Cut Nyak Dien untuk menantang penjajah, pada akhirnya Cut Nyak Dien terima pinangan dari Teuku Umar dan mereka menikah di tahun 1880.

Dengan berpadunya Cut Nyak Dien dan Teuku Umar, tingkatkan kepribadian dan semangat beberapa pejuang Aceh makin berkobar. Seolah tidak mau sia-siakan peluang, Teuku Umar berusaha untuk dekati Belanda dan memperkuat hubungan sama orang Belanda. Di tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang sejumlah sekitaran 250 orang selanjutnya pergi ke Kutaraja dan menyerah diri ke penjajahan Belanda.

Taktik dari Teuku Umar pada akhirnya sukses untuk menipu Belanda sampai mereka memberikan gelar pada Teuku Umar yakni Teuku Umar Johan Pahlawan dan jadikan Teuku Umar sebagai komandan unit pasukan Belanda yang memiliki kekuasaan penuh.

Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar memperkuat barisan beberapa pejuang untuk menyingkirkan lagi Belanda dari bumi Aceh. Ke-2 nya, lakukan pertarungan dengan semangat juang yang membara. Satu diantara kesuksesan yang sudah mereka kerjakan yakni mengambil lagi desa halaman Cut Nyak Dien dari penjajahan Belanda. Disamping itu, Teuku Umar bersandiwara runduk ke Belanda untuk memperoleh suplai persenjataan yang selanjutnya mereka pakai untuk serang lagi penjajah.

Cut Nyak Dien dan Taktik Teuku Umar Menaklukkan Belanda

Biografi Cut Nyak Dien – Untuk memuluskan taktik menaklukkan Belanda, Teuku Umar ikhlas dipandang seperti penghianat oleh orang Aceh. Tidak kecuali oleh Cut Nyak Meutia yang tiba menjumpai dan membentak Cut Nyak Dien. Walaupun demikian, Cut Nyak Dien masih tetap berusaha memberi tahunya Teuku Umar untuk konsentrasi menantang lagi dan menaklukkan Belanda.

Saat kekuasaan Teuku Umar dan dampaknya lumayan besar, Teuku Umar manfaatkan peristiwa itu untuk kumpulkan orang Aceh di pasukannya. Saat banyaknya orang Aceh di bawah instruksi Teuku Umar cukup, lantas Teuku Umar lakukan gagasan palsu pada orang Belanda dan mengeklaim bila dianya ingin serang pangkalan Aceh.

Kemudian, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien pergi dengan semua pasukan dan peralatan berat, senjata, dan amunisi Belanda. Tetapi, mereka sebelumnya tidak pernah balik lagi ke basis Belanda. Taktik pembelotan yang sudah dilakukan oleh Teuku Umar disebutkan Het verraad van Teukoe Oemar (pembelotan Teuku Umar).

Taktik yang bagus oleh Teuku Umar untuk mengkhianati Belanda ini membuat Belanda geram dan memperlancar operasi besar untuk tangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Tapi, beberapa gerilyawan Aceh sekarang ini telah diperlengkapi peralatan dari Belanda dan cukup buat menantang Belanda.

Saat Jenderal Van Swieten ditukar, orang yang gantikan tempatnya yakni Jenderal Jakobus Ludovicus Hubertus Pel secara cepat terbunuh oleh gerilyawan Aceh itu, sampai pada akhirnya membuat beberapa pasukan penjajahan Belanda pada keadaan yang susah dan kacau-balau.

Cut Nyak Dien Berusaha Sampai Pengisolasian

Biografi Cut Nyak Dien – Waktu untuk waktu berakhir, Teuku Umar luruh dalam medan perang di Meulaboh. Suami ke-2 Cut Nyak Dien itu luruh karena niat penyerangannya sudah diketahui oleh pasukan Belanda semenjak awal.

Meskipun beberapa orang yang dicintainya sudah meninggalkan, Cut Nyak Dien tetap terus meneruskan pertarungannya sepanjang 6 tahun. Dia bergerilya dari 1 daerah ke daerah lain. Dalam kurun waktu itu, dia bersama masyarakat dan pejuang yang lain, ditempatkan pada kesusahan hidup: kesengsaraan, kekurangan makanan, uang, dan suplai senjata.

Cut Nyak Dien dengan kondisi fisiknya yang mulai renta terus berusaha larikan diri dari gempuran Belanda. Meskipun Cut Nyak Dien dan pasukan tempurnya mulai menurun karena teror untuk teror yang tiba dari Belanda. Sayang, panglima pasukannya, Pang Laot membelot. Pembelot bersama pasukan Belanda lain selanjutnya cari kehadiran Cut Nyak Dien. Mereka sukses temukan persembunyian Cut Nyak Dien dan bawa Cut Nyak Dien ke Kutaradja.

Pang Laot minta ke Belanda supaya Cut Nyak Dien mendapatkan tindakan baik oleh Belanda. Gubernur Belanda di Kutaradja, Van Daalen, tidak menyukai hal itu hingga Cut Nyak Dien dikucilkan ke pulau Jawa, persisnya di Sumedang, Jawa Barat, pada 1907.

Satu tahun masa pengasingannya, Cut Nyak Dien akhiri perjuangan sepanjang masa hidupnya. Cut Nyak Dien menjadi satu diantara figur wanita Indonesia yang pantas ditiru keberaniannya. Semenjak 2 Mei 1964, Cut Nyak Dien dianugerahkan sebagai pahlawan nasional Indonesia lewat SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 di tanggal 2 Mei 1964. Cut Nyak Dien adalah seorang wanita Aceh yang tidak mengenal berserah dalam berusaha, dia terus berusaha sampai akhir hayatnya.

Akhir Hayat Cut Nyak Dien

Biografi Cut Nyak Dien – Pang Laot, seorang ajudan Cut Nyak Dien memberikan laporan lokasi basis Cut Nyak Dien ke Belanda. Hal itu membuat Belanda serang basis Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Pasukan Cut Nyak Dien kaget dan berperang dengan habis-habisan, sampai pada akhirnya Cut Nyak Dien diamankan dan dibawa ke Banda Aceh.

Sesudah ketangkap oleh Belanda, Cut Nyak Dien dibawa dan dirawat di Banda Aceh. Penyakit rabun dan encoknya berangsur pulih. Tetapi, apesnya Cut Nyak Dien dibuang ke tanah Sumedang, Jawa Barat.

Cut Nyak Dien dibawa ke Sumedang, Jawa Barat, bersama tahanan politik Aceh lain dan mengundang perhatian satu diantara orang yakni bupati Suriaatmaja. Tahanan lelaki yang lain ikut mengatakan perhatian mereka ke Cut Nyak Dien, tetapi tentara Belanda dilarang ungkap jati diri tahanan.

Cut Nyak Dien ditahan bersama seorang ulama namanya Ilyas dan ulama itu selekasnya mengetahui jika Cut Nyak Dien adalah pakar dalam agama Islam. Hal tersebut membuat Cut Nyak Dien dipanggil sebagai “Ibu Perbu”.

Pusara Cut Nyak Dien

Biografi Cut Nyak Dien wafat pada 6 November 1908 karena umurnya yang telah tua dan keadaannya yang kerap sakit-sakitan. Kemudian, Cut Nyak Dien disemayamkan di daerah pengasingannya di Sumedang. Pusara Cut Nyak Dien sendiri baru diketemukan di tahun 1959, itu karena keinginan Ali Hasan, Gubernur Aceh waktu itu.

Presiden Soekarno lewat Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 1964 memutuskan Cut Nyak Dien sebagai Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1962. Sementara rumah Cut Nyak Dien di Aceh dibuat lagi oleh pemerintahan daerah di tempat sebagai lambang perjuangannya di Tanah Rencong. Sampai saat ini, narasi tentang perjuangan Cut Nyak Dien sering dibicarakan dan dipelajari sebagai sisi dari sejarah di beberapa sekolah dan pengetahuan umum.

Beberapa fakta Menarik Tentang Cut Nyak Dien

Ada banyak beberapa fakta yang memikat tentang Cut Nya Dien, salah satunya:

  • Cut Nyak Dien adalah turunan bangsawan besar yang berusaha bersama masyarakat
  • Menikah pada usia yang masih terbilang muda, yakni 12 tahun
  • Turut berusaha menantang penjajah bersama suaminya
  • Menikah ke-2 kali dan masih tetap lakukan perlawanan pada Belanda
  • Cut Nyak Dien terus lakukan perjuangan dalam masa hidupnya